UPACARA RITUAL NAHUNAN BAGI UMAT HINDU KAHARINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
(Upacara Pemberian Nama Dalam Ajaran Umat Hindu Kahringan)
Nahunan adalah Upacara ritual Agama Umat Hindu Kaharingan Suku Dayak Provinsi Kalimantan Tengah Khususnya yang berkaitan dengan siklus kelahiran. Tujuanya untuk membrerikan nama kepada sang anak pada usia 1-2 tahun atau lebih. Upacara Nahunan biasanya dilaksanakan pada setiap kelahiran bayi di kalangan suku dayak ngaju. Upacara Nahunan merupakan salah satu di antara lima ritual besar suku Dayak Kalimantan Tengah Khususnya didalam ajaran ritual umat Hindu Kaharingan yang telah tertuang didalam Kitab Suci Panaturan, selain beberapa ritual lainnya seperti upacara ritual Pakanan Batu dan upacara Ritual Manyanggar.Umat Hindu Kaharingan, hingga kini masih setia melestarikan aset leluhur mereka itu. Selain sebagai bentuk menghargai warisan leluhur,Umat Hindu Kaharingan meyakini bahwa keseimbangan antara manusia, alam dan sang Pencipta merupakan suatu hubungan sinergis yang harus senantiasa tetap terjaga sesuai dengan konsep hindu secara umum yaitu Tri Hita Karana.
Dan upacara Nahunan yang dilaksanakan oleh umat hindu kaharingan di dasarkan pada ajaran kitab suci panaturan yaitu pada pasal 20 yang berbunyi sebagai berikut :
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun Handiwung Kanyurung Pusu Pandung Bapangku Anak’e.
Artinya : kameluh putak bulau janjulen karangan limut batu kamasan tambun mengandung (hamil). Sebagai tertulis dalam kitab suci tersebut di atas, tergambarlah bahwa seorang ibu yang baru mengandung (hamil) perlu dilaksanakan upcara ritual yaitu:
- Upacara Paleteng Kalangkang Sawang adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam kandungan berumur 3 bulan.
- Upacara Nyaki Ehet / Nyadiri adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam kandungan berumur 7 buln.
- Upacara Mangkang Kahang Badak adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam kandungan berumur 9 bulan.
Setelah bayi tersebut lahir, langkah awal yang dilakukan oleh orang tua setelah lepas tali pusat bayi tersebut adalah melaksanakan Maruah Awau atau Palas Bidan, kemudian baru dilaksanakan upacara pemberin nama bayi tersebut sebagaimana tersirat dalam ajaran Kitab Suci panaturan Pasal 20 ayat 20 sebagai berikut:
Sana ewen Raja Ujung Hakanduang jadi sembang bukit batu nindan tarung, kereng liang batilung nyaring, te ewen malalus nahunan garing tarantang manyamei tunggul garing janjahunan laut sintung telu, palus manyaki mamalas tumun peteh tuntang kahandak ranying hatalla ewen ndue jatha balawang bulau, hayak mananggare gangguranan arae, ie te:
- Raja Sangen
- Raja Sangiang
- Raja Bunu
Artinya :
Setibanya Raja Uju Hakanduang jadi sembang Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Batarung Nyaring, mereka melaksanakan upacara Nahunan bagi bayi Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Raja Uju Hakanduang mengoleskan darah hewan kurban pada mereka, sesuai pesan Ranying Halalla dan Jatha Balawang Bulau sekaligus memberikan nama ketiga bayi tersebut yaiyu :
- Raja Sangen
- Raja Sangiang
- Raja Bunu
Pada Kitab Suci Panaturan Umat Hindu Kaharingan Pasal 53 (Talatah Nahunan) pada pasal ini menjelaskan tata cara Ritual Nahunan lebih jelas.
Upacara Nahunan memiliki kaitan erat dengan Nyaki Ehet atau Tujuh Bulanan,dimana pada saat itu kedua orang tua bayi Manggantung Sahur mencari sahur yang akan melindungi ibu dan bayi agar sehat, selamat dan melahirkan dengan lancar dengan janji jika terkabul doa harapan maka kedua orang tua bayi tersebut akan membayar najarnya / Hajat Niat tadi pada saat Nahunan.
Untuk Lebih Jelasnya Tanyakan Langsung Kepada Basir/Pisor/Rohaniawan Umat Hindu Kaharingan yang mendalami ajaran-ajaran Umat Hindu Kaharingan .Disini Saya hanya mengulas sekilas saja