Powered By Blogger
Powered By Blogger

Pengikut

Pengikut

Senin, 17 September 2018

Acara Ritual Nahunan Sebagai Ritual Umat Hindu Kaharingan

UPACARA RITUAL NAHUNAN BAGI UMAT HINDU KAHARINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
(Upacara Pemberian Nama Dalam Ajaran Umat Hindu Kahringan)


 Nahunan adalah Upacara ritual Agama Umat Hindu Kaharingan Suku Dayak Provinsi Kalimantan Tengah Khususnya yang berkaitan dengan siklus kelahiran. Tujuanya untuk membrerikan nama kepada sang anak pada usia 1-2 tahun atau lebih. Upacara Nahunan biasanya dilaksanakan pada setiap kelahiran bayi di kalangan suku dayak ngaju. Upacara Nahunan merupakan salah satu di antara lima ritual besar suku Dayak Kalimantan Tengah Khususnya didalam ajaran ritual umat Hindu Kaharingan yang telah tertuang didalam Kitab Suci Panaturan, selain beberapa ritual lainnya seperti upacara ritual Pakanan Batu dan upacara Ritual Manyanggar.Umat Hindu Kaharingan, hingga kini masih setia melestarikan aset leluhur mereka itu. Selain sebagai bentuk menghargai warisan leluhur,Umat Hindu Kaharingan meyakini bahwa keseimbangan antara manusia, alam dan sang Pencipta merupakan suatu hubungan sinergis yang harus senantiasa tetap terjaga sesuai dengan konsep hindu secara umum yaitu Tri Hita Karana.
    Dan upacara Nahunan yang dilaksanakan oleh umat hindu kaharingan di dasarkan pada ajaran kitab suci panaturan yaitu pada pasal 20 yang berbunyi sebagai berikut :
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun Handiwung Kanyurung Pusu Pandung Bapangku Anak’e.
Artinya : kameluh putak bulau janjulen karangan limut batu kamasan tambun mengandung (hamil). Sebagai tertulis dalam kitab suci tersebut di atas, tergambarlah bahwa seorang ibu yang baru mengandung (hamil) perlu dilaksanakan upcara ritual yaitu:
  • Upacara Paleteng Kalangkang Sawang  adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam kandungan berumur 3 bulan.
  • Upacara Nyaki Ehet / Nyadiri adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam kandungan berumur 7 buln.
  • Upacara Mangkang Kahang Badak adalah dilakukan pada saat umur bayi dalam kandungan berumur 9 bulan.

       Setelah bayi tersebut lahir, langkah awal yang dilakukan oleh orang tua setelah lepas tali pusat bayi tersebut adalah melaksanakan Maruah Awau atau Palas Bidan, kemudian baru dilaksanakan upacara pemberin nama bayi tersebut sebagaimana tersirat dalam ajaran Kitab Suci panaturan Pasal 20 ayat 20 sebagai berikut: 
Sana ewen Raja Ujung Hakanduang jadi sembang bukit batu nindan tarung, kereng liang batilung nyaring, te ewen malalus nahunan garing tarantang manyamei tunggul garing janjahunan laut sintung telu, palus manyaki mamalas tumun peteh tuntang kahandak ranying hatalla ewen ndue jatha balawang bulau, hayak mananggare gangguranan arae, ie te:
  • Raja Sangen
  • Raja Sangiang
  • Raja Bunu
Artinya :

Setibanya Raja Uju Hakanduang jadi sembang Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Batarung Nyaring, mereka melaksanakan upacara Nahunan bagi bayi Manyamei  Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Raja Uju Hakanduang mengoleskan darah hewan kurban pada mereka, sesuai pesan Ranying Halalla dan Jatha Balawang Bulau sekaligus memberikan nama ketiga bayi tersebut yaiyu : 
  • Raja Sangen
  • Raja Sangiang
  • Raja Bunu
Pada Kitab Suci Panaturan Umat Hindu Kaharingan Pasal 53 (Talatah Nahunan) pada pasal ini menjelaskan tata cara Ritual Nahunan lebih jelas.

Upacara Nahunan memiliki kaitan erat dengan Nyaki Ehet atau Tujuh Bulanan,dimana pada saat itu kedua orang tua bayi Manggantung Sahur mencari sahur yang akan melindungi ibu dan bayi agar sehat, selamat dan melahirkan dengan lancar dengan janji jika terkabul doa harapan maka kedua orang tua bayi tersebut akan membayar najarnya / Hajat Niat tadi pada saat Nahunan.

Untuk Lebih Jelasnya Tanyakan Langsung Kepada Basir/Pisor/Rohaniawan Umat Hindu Kaharingan yang mendalami ajaran-ajaran Umat Hindu Kaharingan .Disini Saya hanya mengulas sekilas saja

Acara Agama Hindu Kaharingan

PENGANTAR ACARA AGAMA HINDU KAHARINGAN
Om Swastiastu.
Tabe Salamat Lingu Nalatai Salam Sujud Karendem Malempang.

     Pengertian acara secara umum pada prinsipnya adalah suatu tradisi yang di lakukan dengan langkah-langkah dan tindakan, jadi acara agama Hindu Kaharingan merupakan suatu tradisi umat yang ditujukan kepada Ranying Hatalla beserta manifestasinya.
Saya selalu dilibatkan oleh orang tua dalam pelaksaan upacara agar saya memahami dan dapat melaksanakan upacara serupa, saya juga terlibat dalam menyiapkan sesajen untuk memperoleh informasi dan prakterk secara langsung bagi saya.
Pandangan saya terkait ritual-ritual agama Hindu Kaharingan yang dianggap sebuah adat saya kurang setuju, karena Ritual dan Adat memiliki pemahaman dan pandangan sendiri, Ritual adalah budaya atau tradisi yang menjadi ciri khas suatu agama tersebut, sedangkan Adat merupakan suatu tradisi yang berisi seperangkat aturan atau norma yang di peruntukkan bagi khalayak masyarakat. Contohnya adat yang bersifat hukum, yaitu jipen yang di berlakukan bagi siapa saja.
Umat Hindu Kaharingan tidak terlepas dari Ritual, karena umat Hindu Kaharingan meyakini bahwa setiap Ritual yang dilakukan  adalah sebagai ungkapan syukur dan bagi keselamatan bersama. Mulai dari kehamilan umat Hindu Kaharingan sudah melaksanakan Ritual, yaitu tujuh bulanan (Nyaki Ehet), dan dilanjutkan lagi pada saat kelahiran akan dilakukan Palas Bidan bagi Bidan yang membantu persalinan serta selanjutnya dilakukan Nahunan (Pemberian Nama) yang sekaligus Menggantung Sahur, selanjutnya upacara dalam kehidupan seperti Narinjet Sahur / Pakanan Sahur artinya memohon kepada menifestasi Ranying Hatalla agar selalu memberikan keselamatan dan Ritual tingkat akhir / Kematian pada umat Hindu Kaharingan dilaksanakan Tiwah,Pada DAS kahayan pada umumnya pada saat Upacara kematian tiga hari setelah mengantar kan Liau Haring Kaharingan (jenazah) /Banama Bulau Pahalendang Tanjung Ajung Rabia Kangkalinge Luwuk ( Peti Jenazah) ke Bukit Pasahan Raung Nyampenda Lunuk Tarung (Tempat Pemakaman) akan dilaksanakan Balian Ambun Rutas Matei yang bertujuan bagi kehidupan manusia yang ditinggalkan agar terlepas dari segala Rutas kapali .
Jika upacara yang ada pada keyakinan umat Hindu Kaharingan tidak dilaksanakan atau tidak di amalkan maka umat tersebut akan selalu merasa kesengsaraan Lahir maupun Batin sehinggga didalam kehidupannya akan selalu berada dalam kesialan. Dasar upacara-upacara yang dilaksanakan oleh umat Hindu Kaharingan sesuai dengan ajaran yang tela di Firman Ranying Hatalla melalui Kitab Suci Panaturan Pasal 41 (Bawi Ayah Hadurut Bara Lewu Telu, Nanturung Pantai Danum Kalune). Dengan kekuasaannya Ranying Hatalla memerintahkan para manifestasinya untuk mengajarkan segala ajaran yang telah di Firmankan Ranying Hatalla kepada anak cucu Raja Bunu dari upacara terkecil sampai terbesar.
Perbedaan antara upacara adat dan upacara agama berada pada kedudukan upacaranya masing-masing, upacara adat merupakan upacara yang dilakukan turun temurun oleh warga masyarakat dan semua orang boleh terlibat didalamnnya, sedangkan upacara agama merupakan salah satu media bagi pemeluknya mendekatkan diri pada Ranying Hatalla. Contoh pada upacara agama adalah persembahyangan Basarah.
Disetiap DAS upacara umat Hindu Kaharingan berbeda-beda sesuai dengan Kitab Suci Panaturan Pasa 41 (ayat 37), kemudian untuk keturunan anak cucu Raja Bunu yang hidup menetap dan menyebar di seluruh permukaan bumi ini, terdapat banyak perbedaan-perbedaan dalam melaksanakan bermacam-macam upacara : Hal ini karena mereka menyesuaikan dengan keadaan alam lingkungannya dimana mereka bertempat tinggal.
Saya sebagai umat Hindu Kaharingan pada persembahyangan Basarah selalu melibatkan diri dalam bertugas baik dari petugas Mmabuwur Behas Hambaruan, Manggaru, Doa, dan sesekali menjadi mantir Basarah. Dalam hal ini saya bertugas dalam persembahyangan gun mengeksplor kemampuan diri.Dengan Hal ini saya mampu berbagi pengalaman terhadap sodara umat sedharma

Semoga menambah wawasan dan minat baca kita setelah membaca tulisan esai ini.
Om santi 3x Om....Sahiy 3x.....

Integrasi Final, Umat Hindu Kaharingan Jangan Mudah Terprovokasi, MB-AHK adalah Lembaga Resmi Yang Melayani Keumatan Hindu Kaharingan.

Tabe Salamat Lingu Nalatai Salam Sujud Karendem Malempang, Om Swastiastu. " Renungan Mandehen" oleh :Fran Nandoe Sebag...